RUMAH TANGGA TANPA ASISTEN

by - February 03, 2017


Dulu, dulu bangeeet, aku ngga pernah ada niatan untuk jadi Ibu Rumah Tangga. Cita-cita terkeren adalah menjadi wanita karir penuh ambisi untuk melengkapi rumah yang dibeli suami agar nyaman untuk keluarga. Aku juga ingin menyekolahkan anak di luar negeri. Cukup muluk-muluk tapi logis. 

Aku memutuskan untuk resign dari sebuah production house dan menjadi freelancer sejak tahun 2013. Portofolio pun makin beragam, karena merambah dunia desain dan Guru SMK. Aku yakin deh, kalo misal saya melamar jadi pegawai lagi dengan Curriculum Vitae yang toyor-able itu malah jadi poin minus buat para Bos. Terlalu angkuh untuk diperjuangkan, telalu kasihan untuk dilupakan.

Jadi mendingan tetep jadi freelancer aja, ngga ribet, bisa milih pekerjaan, bayaran dan waktu. Pun dengan Mas Suami, doski adalah designer graphic online yang kadang juga menerima job sebagai photographer, soundman dan cameramen di beberapa produksi film. Itu freelancer atau tukang sayur sih? Apa-apa dijual?

Sehari-hari kami lebih banyak waktu di rumah, bergantian bekerja dan mengurus anak. Kami sengaja tidak membagi tugas misalnya saya harus ngepel lantai tiap hari, cuci baju di malam hari atau masak masakan bervariasi. Kami melakukan semua kegiatan rumah tangga kami dengan sadar diri. Maka dari itu, aku berani tidak merekrut asisten secara lahir batin.

*semua barang adalah mainan buat anak

Selama belum menyapih anak, aku pernah berjanji tidak akan meninggalkan anak lama-lama dan tidak mengenalkannya pada dot. Itu komitmen yang susah payah dijaga. Anak harus menerima hak nya, kalo aku lagi ada kerjaan di lapangan, anakpun ikutan aku boyong anak ke lokasi. Enaknya, semua pekerjaan yang aku terima, banyak yang bisa kerjakan di rumah. Waktu paling tepat ngerjainnya, pas anak tidur malam, jadi tidak menganggu waktu bermainnya.

Aku jalanin kehidupan di rumah tanpa asisten dengan bahagia walopun sering ngeluh juga. Hahaha. Ada beberapa hal yang aku jaga biar rumah tangga ini ngga membosankan dan ngga beban. Monggo disimak dan dihayati, biar tidak ada dusta di antara kita sebagai ibu rumah tangga.

1. Harus berteman dengan waktu
Sampai detik ini, aku bangun pagi bareng anak, kecuali diatas jam 7. Biasanya Suami bangun pagi duluan untuk balas email, menyapu dan masak nasi. Walopun banyak lupanya, tapi ini sangat cukup membantu lho.

Kenapa harus berteman, bukan memanage waktu? Sepanjang aku bekerja, konon, aku selalu berhasil memanfaatkan waktu dengan baik dan melakukan beberapa tugas secara bersamaan dengan cepat. Memanage waktu adalah kata tersusah dalam hidup, aku harus rutin ini itu, sedangkan hidup itu ngga melulu soal kebiasaan, nanti garing lalu boring.
Memanfaatkan waktu lebih tepat, jadi kamu bisa sesukamu mengatur waktu, kapan kamu bisa mendahulukan pekerjaan yang perlu.

*bahwa, sekali kamu menunda pekerjaanmu, setumpuk klumbruk'an telah menunggu

2. Saling menerima saling memberi
Begitu bangun pagi, aku langsung tancap gas ke dapur. Kalo lagi malas masak ya makan di luar. Sebisa mungkin aku urusan masak biar aku aja deh, walopun masakannya enaknya minta ampun. Karena kalo suami yang masak, aku bakalan bekerja 2 kali lipat dengan membersihkan dapur dan tumpukan piringan kotornya. 
Hahaha.
Ngga dink, pokoknya asal harus ikhlas mengerjakan apapun supaya rumah tangga seimbang dan saling melengkapi.

3. Hati harus senang
Siapa bilang aku ngga pernah stress di rumah?
Sering banget. Bahkan hampir tiap aku merasa terpenjara sepi, apalagi kalo anak lagi genius, apa-apa berserakan. Sumpah itu bikin kepala berat sebelah. Karena lebih banyak di rumah, jadi harus ada hiburan. Aku sering lho setrika sambil smule-an (Kalian tahu kan, jadi artis adalah cita-cita yang terpendam). Aku juga langganan TV kabel udah lama demi memuaskan hasrat menonton film. Nonton film 3 jam malam hari tanpa diganggu waktu nenen si kecil udah berasa punya bioskop sendiri.

4. Tingkat kerapian dan kebersihan rumah adalah cermin siapa diri kita
Pernah ngga kita bertamu terus dalam hati bilang "iih... rumahnya kotor banget sih?"
Kira-kira kita mau ngga digituin? Serius situ cuek dengan omongan orang?
Aku sih no, ngga tahu kalo mas anang.
Lha wong tiap hari ada aja yang datang mertamu, entah itu tetangga dekat, sodara atau teman jauh. Bisa malu kalo rumah berantakan mulu. Makanya, aku juga sering mengajak anak merapikan mainannya kalo udah selesai dan ingin ganti yang lain. Rumah ngga bersih-bersih amat sih, tapi minimal enak dipandang dan dihirup deh.

*menyetrika adalah salah satu pekerjaan paling membosankan di dunia fana ini

5. Jangan lupa "me time"
Punya kegiatan seabreg itu rentan stress. Aku paling suka maskeran pada jam menjelang tidur malam dan luluran setiap 3 hari sekali. Kalo tiap pagi, paling saya ngopi sambil nonton film atau baca berita. Kalo malam hari, kadang aku sama Mas Suami pacaran di teras sambil dengerin musik dan lihat bintang bintang di angkasa. Suasana romantis murah meriah. 
Hahaha. 

6. Bersosialisasi sesering mungkin
Bertemu dengan banyak orang dengan bertukar pikiran bisa lho bikin kita bahagia. Kami usahakan setiap hari jalan-jalan biar senang. Otak juga harus dipiknikin supaya ngga sumpek terkurung di rumah terus.


Kira-kira gitu aja sih kesehariannya. Ngga terasa rempong memang. Lagian, aku dan Suami berusaha kompak luar dalam (ya keleus 'dalam'nya ngga usah diceritain). Selain biar anak tahu betapa kasih kita sepanjang masa, juga mengajari kami untuk bertahan dari godaan setan yang terkutuk. Apaan ini hahaha.

Dan dengan senang hati kalo ada yang mau nambahin, biar aku juga jadi makin sip. Biar rumah tangga kami juga selalu hangat senikmat segelas kopi di pagi hari.

You May Also Like

0 komentar