GEJOLAK SENTIMEN PRIBADI

by - November 04, 2017

Gejolak sentimen pribadi?
Judulnya membahana ya. Hahaha.

Source: https://www.freepik.com/free-photo/hate-concept-hand-writing-hate-on-book_1133586.htm#term=hate&page=1&position=3

Ngga usah pake comot dari wikipedia, aku percaya kalian semua tahu apa arti sentimen. Segala hal yang dianggap bertentangan dengan pemikiran memang sering memunculkan konflik batin. Kalo kita salah menyikapi, konflik ini akan mencuat ke publik dan rentan memprovokasi orang lain supaya ikutan benci apa yang ngga kita sukai.

Topik bahasan yang seram bukan.

Sikap yang berlebihan ini sering banget kok ditemui di sekitar kita. Disini aku ambil contoh, sosial media. Sudah tak terhitung berapa banyak orang dengan status sentimental dan ngumbar masalah itu itu aja. Sekarang everyone has his own enemy. Ngga segan ngasih tahu kalo dia punya enemy. Rasanya kalo ngga ada enemy ngga rame. Ngga seru. Hampa!

Masalahnya bikin status ini kadang malah boomerang bagi kita sendiri. Percaya ngga percaya, bikin semua orang bisa tahu sifat kita hanya dari statusnya. Yok lihat aja timeline-nya penuh dengan apa. Dari gundah gulana, nunjukkin kalo lagi seneng, sampai kalo lagi jengkel abis sama orang. Seremeh apapun perasaan, semua kudu tahu.

Status berubah jadi ajang buat mengekspresikan diri. Orang punya panggungnya sendiri. Berani nunjukin sikap ngga suka hingga antipati banget sama orang lain. Ngga suka? Unfollow, kalo perlu unfriend aja. Pengen lebih private biar pihak yang pro sama musuh ngga ikutan komen, tinggal difilter statusnya. Gampang.

Kebebasan itu bermata dua, disisi satu bermanfaat, disisi lain merupakan ancaman maha dahsyat.

Buat kita yang sakit hati, sekali ekspos kekurangan musuh kok rasanya kurang. Dua kali ekspos harus ada yang ikutan komen. Tiga kali ekspos kalo bisa seluruh jamaah ikutan menghujat sekalian. Namanya sudah kadung benci, seupil kesalahan tetap akan jadi besar.

Yang jelas, ketika sudah meluapkan emosi menjadi status, paling ngga hati jadi lega. Walopun ada juga lho yang nulis status tentang emosinya sendiri di-like sendiri, dikomen sendiri. Fix kudu ke RSJ lah pokoknya. T.T

Sentimen itu sering bikin orang yang ngelakuinnya ngga sadar diri. Lho iya. Sekali kita membenci sesuatu dan kita luapkan lewat media atau orang lain, pasti bakalan nagih. Emosi akan berubah jadi dendam dan remeh terhadap hal-hal kecil.

Contohnya penyebaran berita HOAX.
Udah berapa kasus yang faktanya diputar balikkan. Ada berapa orang yang kena tipu dayanya. Ada berapa orang yang merugi karenanya. Mau mikir pake akal sehat, kejahatan ini emang ngga ada gunanya. Masa sih ada yang mau berharap persatuan dan kesatuan bangsa kita terpecah. Iiiih amit amit.

Tapi setiap orang punya kepentingannya. Kepentingan buat banyak orang atau buat dirinya. Siapa yang tahu hati terdalam pada manusia kecuali Tuhannya.

Yang paling mengejutkan, ada sekelompok militan yang bekerja khusus sebagai penebar kebencian. Kebencian jadi lahan bisnis yang menguntungkan. Yang artinya, kebencian inipun bisa jadi uang. Uang lho guys, uang! Emosi kita dipermainkan atas nama uang!

Wow tambah seram kan. Ini yang pinter siapa yang bego yang mana?

Setiap tokoh punya fans militannya. Mereka lah yang menjadi garda depan untuk membela baik buruh idolanya. Lempar berita A, dijawab B. Gantian ngrusak image A, kasih borok si B. Begitu terus sampai kiamat.

Atas nama sentimen pribadi, se-indonesia raya perang psikologi. Memang tidak nampak, tapi ngga jarang bikin kita memutus tali pertemanan dengan orang yang tidak sesuai pendapat kita. Kamu ngerasa postinganmu ngga salah, dan pihak yang kamu anggap musuh ngerasa paling benar.

Mereka selalu bilang tabayyun donk tabayyun.
Betuuul buuuk, selalu konfirmasi sama setiap postingan dan cari tahu berita yang benar. Tapi jangan lupa bahwa tabayyun juga berarti kita menghindari prasangka negatif terhadap orang lain.

Yakin kalo apa yang kamu anggap bodoh itu benar-benar bodoh? Atau jangan-jangan kitalah sasaran mereka agar semua viral dan menjadi bebal?

If you know what i mean, kamu telah 'digunakan' sebagai alat oleh orang-orang yang berkepentingan tadi.

Aku paham banget sama yang nama dendam. Memelihara rasa sakit yang teramat dalam emang susah nyembuhinnya. Pengen ngomong ke semua orang bahwa orang itu salah, kita yang benar. Ngga usah jauh-jauh ngomongin ke ranah politik.

Tilik aja diri sendiri dan ruang lingkup pertemanan kita. Amarah yang kita pendam sebenernya emang harus dikeluarkan. Tinggal bagaimana caranya. Mau mengubah emosi jadi energi positif atau meluapkannya menjadi rasa iri hati. Belum kalo si enemy yang kita sebut itu makin jaya gembira. Apa kita ngga makin patah hati.

Tenang aja, aku tahu diri juga kok. Siapa sih Yosa Irfiana. Yang cuma seorang ibu rumah tangga biasa. Gayanya sok tangguh dengan status Stay At Home Mom. Padahal ngeblog aja jarang, bikin naskah nanggung, ngakunya scriptwriter tapi ditawarin layar lebar keder. Lumrah banget kan kalo ada yang sentimen. Ya gimana ya, memang nyebahi kok orangnya.

Sadar diri karena aku juga sering dicaci di belakang, bukan berarti aku ikutan tersentil jadi sentimen juga. Balik nyerang sampe ngumpulin orang buat bales bully. Ngga lah.
Mungkin jaman muda dan alay aku pernah gosip ria ikutan nebar aib temen. Semakin dewasa aku semakin berpikir matang, aku ngga mau hidupku cuma diselimuti rasa iri dengki. Iya kalo digunakan biar kita jadi semangat lebih baik lagi. Lha kalo cuma ngurusin sakit hati, yang terjadi justru kitalah yang blunder sendiri. Lagian apa sih yang kita harapkan dari cuma ngurusin sentimen doank.

Biar adil? Ngaaah.
Susah lho menuntut keadilan. Ngga ada yang bilang gampang. Penegak keadilan kan cuma Satria Baja Hitam. Satu-satunya cara biar adil ya ngga usah membandingkan. Kita ini berbeda, punya banyak cara biar beragam, bukan seragam.

Sentimen beda sama orang yang murni ngasih saran. Demi kebaikan bersama, saran kan bersifat membangun. Sentimen sama sekali tidak menguntungkan dari segi perasaan hati. Kita merasakan gejolak yang teramat dalam ketika kita menebar kebencian. Ada rasa bimbang dengan berbagai pertimbangan. Aku yakin kok, orang sentimen itu punya pribadi yang bertentangan. 

Aku kutip lagi quotes dari suamiku yang (kayaknya) pernah aku tulis juga tapi lupa di postingan mana. Hahaha.

"Sekarang manusia lebih mudah mencari kebencian daripada saling berbagi kebaikan"

Sungguh kalimat yang pas untuk berpikir panjang. Buatku pribadi, sentimen sudah harus enyah dari muka bumi. Pokoknya gimana caranya kudu disingkirkan, biar ngga jadi penyakit masyarakat. Mewabah lho itu!

Jadi, daripada nungguin satria baja hitam kapan datang beneran. Yuk bertanya pada diri sendiri, mau merawat sakit hati atau mau memperbaiki diri?

You May Also Like

2 komentar